Wednesday, August 11, 2004

Doa Seorang Muslimah

Ya Rabbi,

Aku berdoa untuk seorang pria, yang akan menjadi bagian dari hidupku. Seorang
pria yang sungguh mencintaiMU lebih dari segala sesuatu.

Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau.
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMU.

Seorang pria yang mempunyai sebuah hati yang sungguh mencintai dan haus akan
Engkau dan memiliki keinginan untuk menauladani sifat-sifat Agung-Mu.

Seorang pria yang mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup, sehingga
hidupnya tidaklah sia-sia. Seorang pria yang memiliki hati yang bijak bukan
hanya sekedar otak yang cerdas.

Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormati aku.
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi dapat juga menasehati ketika aku
berbuat salah.

Seorang pria yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tetapi karena hatiku.
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap waktu dan situasi.
Seorang pria yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika berada
disebelahnya.

Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya.
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya.
Seorang pria yang membutuhkan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya.
Seorang pria yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

***

Dan aku juga meminta:

Buatlah aku menjadi seorang perempuan yang dapat membuat pria itu bangga.

Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintaiMU, sehingga aku dapat
mencintainya dengan cintaMU, bukan mencintainya dengan sekedar cintaku.
Berikanlah SifatMU yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMU bukan dari
luar diriku.

Berilah aku tanganMU sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya.
Berikanlah aku penglihatanMU sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dalam
dirinya dan bukan hal buruk saja.
Berikan aku mulutMU yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaanMU dan pemberi
semangat, sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari, dan aku dapat tersenyum
padanya setiap pagi.


Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat
mengatakaan "Betapa besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku seseorang
yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna".
Aku mengetahui bahwa Engkau menginginkan kami bertemu pada waktu yang tepat dan
Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang Kautentukan.


Bila Wanita Meminang Pria


Wanita meminang pria? Memang itu bukan hal yang lazim, namun ternyata hal itu tidak bertentangan dengan syariat. Hanya saja seorang wanita harus benar-benar siap sebelum mengambil langkah ini.

"Kaget! Jujur, itu yang saya rasakan sewaktu ada yang meminta saya," komentar Tedi (bukan nama sebenarnya). Hari itu ia didatangi dua orang wanita, mereka bertanya, apakah ia sedang dalam proses meminang? "Mengapa?" Tanya Tedi. Ternyata kedua wanita itu membawa misi dari seorang teman yang menginginkan Tedi menjadi suaminya.

"Ada apa ini? Saya sampai menelepon ustadzah tempat wanita itu mengaji untuk menanyakan ada apa sebenarnya. Saya hanya takut ada tujuan lain yang melanggar syariah," lanjut Tedi.
Kekagetan seperti itu wajar dialami Tedi karena peristiwa tersebut termasuk barang langka terjadi, terutama dalam budaya timur. Namun Alhamdulillah banyak yang memberinya masukan, beserta hadits dan contoh kasus pada zaman Rasulullah SAW dulu. Barulah Tedi mengaku hatinya terbuka dan menganggap hal itu wajar.


Rasa janggal ini sebenarnya bukan hanya dirasakan Tedi sebagai pihak yang dilamar, para wanita pun merasakan hal yang sama. Dari kebanyakan wanita yang Safina temui menyatakan lebih baik menunggu ketimbang bergerak berani menawarkan diri untuk dilamar. Rata-rata dari mereka mempertimbangkan harga diri perempuan yang harus dijunjung tinggi serta budaya timur yang agaknya masih menabukan hal ini.

Pada sisi lain mereka menyatakan salut dengan keberanian Khadijah, ra yang berani meminang Rasulullah, namun mereka menyangsikan kesediaan ataupun kesiapan pria zaman sekarang untuk dimengerti.

Kekhawatiran para wanita ini dianggap wajar oleh Rahmi Dahnan psikolog lulusan UI. Ia menjelaskan, "mungkin fitrahnya perempuan itu cenderung pemalu." Ia juga menambahkan bahwa pola asuh di daerah kita cenderung mengajarkan perempuan itu menunggu, perempuan itu pasif. Sehingga ketika ada seorang perempuan yang ingin melamar pria, banyak orang yang memandang sebelah mata, dan ada komentar-komentar: "ih ini orang berani benar sih, kok nggak malu ya." Jadi hal-hal inilah, menurut Rahmi, yang kemudian menjadi penghambat perempuan berani melakukan hal itu. "Mereka lebih memilih menahan diri, walaupun sebetulnya tidak ada larangan untuk meminang lelaki lebih dulu," jelas ibu tiga anak ini.
Namun ternyata tidak semua wanita mengalami sindrom kekhawatiran seperti ini.


Selain wanita yang telah berani meminang Tedi diatas, Safina beruntung bertemu dengan syahidah (30 tahun) yang dengan terbuka bercerita bahwa memang ia pernah minta dinikahi oleh seorang pria, namun sayangnya keinginannya itu mendapatkan halangan dari orang tua pria. Yang menggerakkannya untuk berani melakukan itu adalah kwalitas agama dan kepribadian pria tersebut yang cukup baik, selain itu, "Saya waktu itu berpikir, kalau memang dia yang terbaik dari Allah, ke mana pun, kapan pun, di mana pun, saya pasti menikah dengannya. Nggak penting saya atau dia yan mengajak. Terus terang juga, saya pernah membaca bahwa sesungguhnya dulu Siti Khadijah-lah yang berinisiatif melamar Rasulullah. Tentu dengan cara yang halus."

Keberanian seperti ini tidaklah salah. Ustadz Daud Rasyid, seorang doktor bidang hadits menanggapi hal ini dengan sangat positif, "Tidak ada persoalan wanita meminang pria. Secara hukum sama sekali tidak ada persoalan, bahkan ia sangat diperbolehkan menurut syariat. Wanita boleh mengajukan diri untuk dipinang," jawab beliau tegas. Tedi bahkan mengalami hal ini dua kali, yang kedua saat ia sedang dalam proses meminang, "Karena saat itu saya juga sedang dalam proses, ya saya terpaksa menolak lagi."

Tapi Tedi menambahkan, walau awalnya ia menganggap hal ini tidak lazim, karena jarang terjadi, selama cara-cara yang dilakukan tidak bertentangan dengan syariah, mungkin sah-sah saja seorang wanita memulai duluan. Terlebih sudah ada contoh pada Siti Khadijah. Hanya mungkin si wanita perlu mempertebal mentalnya.

Memang dalam langkahnya meminang pria, wanita perlu mempunyai kesiapan. Pertama ia harus benar-benar tahu kwalitas si lelaki.

Yang kedua ia harus cukup mempunyai kekuatan mental menerima penolakan dari pria yang dilamarnya. Rahmi menjelaskan, "Tak ada salahnya wanita meminang pria, tapi harus didukung juga oleh beberapa hal, diantaranya keyakinan dan pemahaman perempuan itu terhadap kwalitas lelaki yang akan dikhitbah, ia juga harus berpikir, apakah ia sepadan dengan lelaki itu, artinya dia juga harus siap ditolak mentah-mentah."

Menurut psikolog yang aktif di Yayasan Buah Hati ini siapa juga mempertimbangkan bibit, bobot, dan bebet. "Laki-laki juga tidak akan sembarangan menolak, ia juga akan melihat, jika perempuan yang meminang itu orang yang berkwalitas, kenapa tidak," tambahnya.
Berarti pemahaman agama pria menjadi pertimbangan utama untuk menjadikannya layak dijadikan 'target'. Tedi menjelaskan, "Dari kabar yang saya terima, wanita pertama yang meminang saya menyukai saya, setelah sering menyaksikan saya dalam forum-forum keagamaan. Menurut dia saya berwawasan luas dan dewasa, walau usia saya lebih muda.


Alhamdulillah Allah membukakan pintu Rahmat Nya." Timbangan kwalitas pribadi jualah yang membuat Syahidah memberanikan meminang pria seperti yang diceritakan di atas.
Namun ternyata takdir tidak sesuai dengan keinginan Syahidah maupun wanita yang meminang Tedi. Saat itu Tedi merasa belum siap secara mental maupun finansial, "Selain itu saya sudah beberapa kali shalat istikharah, dan keputusan akhir saya adalah menolaknya."
Namun masalah tidak selesai sampai di sini, sebagai pria baik-baik, Tedi menyadari benar bagaimana perasaan seorang wanita. Dengan perasaan bersalah,Tedi terpaksa menyampaikan penolakan itu melalui rekan wanita tadi dan ustadzahnya.


Rupanya kekhawatiran Tedi cukup beralasan, konon kabarnya wanita tersebut sempat kecewa dalam kurun waktu agak lama. Sebab ia merasa yakin bahwa jawaban dari shalat-shalat istikharahnya adalah Tedi. Tapi takdir berkata lain.

Berbeda dengan Syahidah, wanita ini tampaknya cukup tegar menghadapi kenyataan. Ia tetap bersikap positif, bahkan menganjurkan saudari-saudarinya untuk mencoba, "Jangan terlalu takut malu, jangan terlalu tajut gagal. Ingat-ingat aja siti Khadijah, kalaupun gagal - dalam artian sang pria menolak - yakinlah, suatu saat nanti saat kita menggendong bayi mungil dalam pelukan dan merasa sangat bahagia, rasa malu akibat penolakan tidak akan teringat lagi. Dengan kata lain, sedih yang kita rasa sekarang, belum tentu akan terasa lama. Lagian kalo dia nggak mau, berarti rugilah dia... Apalagi kita sendiri tahu kwalitas diri kita."

Publikasi: 27/07/2004 10:55 WIB
Eramuslim

Tuesday, August 03, 2004

Pasangan dari Tuhan

Bertahun-tahun yang lalu, saya berdoa kepada Tuhan untuk memberikansaya pasangan, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidakmemintanya", Tuhan menjawab.Tidak hanya saya meminta kepada Tuhan, saya menjelaskan kriteria pasangan yang saya inginkan. Saya menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian. Saya bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik yang selama ini saya impikan.

Sejalan dengan berlalunya waktu, saya menambahkan daftar kriteria yang saya inginkan dalam pasangan saya. Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hati saya," HambaKu, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan."

Saya bertanya, "Mengapa Tuhan?" dan Ia menjawab, "Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar."
Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dariMu?" Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskannya kepadaMu. Adalah suatu ketidakadilan dan ketidak benaran bagiKu untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau.

Tidaklah adil bagiKu untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni; tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."
Kemudian Ia berkata kepada saya, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semuanya itu.

Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu. Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang. Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat bertumbuh bersamamu."

Ini untuk: yang baru saja menikah, yang sudah menikah, yang akan menikah, dan yang sedang mencari.

Obral Cinta

Eramuslim, Publikasi: 07/05/2004 07:33 WIB

“Cinta, jangan gitu dong sama adeknya, ya gadisku...” ia berkata seperti itu ketika melihat anak sulungnya 'mengganggu' sang adik.
“Cintaku, mau diseduhkan teh hangat?” tatap matanya penuh sayang, memancar kasih sambil bibir mengulas senyum, ketika ia menawarkan minum teh kepada suaminya.
“Hello boy, kasep, mama ngaji dulu, ya sayang...” begitu ujarnya ketika sang bayi, putra bungsunya yang baru berusia enam bulan merengek-rengek.
“Pinjamkan mainannya ke Adek, main sama-sama ya, cinta. Naaah, begitu dong, good girl...” katanya ketika mendamaikan 'keributan' antara anaknya dan teman anaknya yang sama-sama balita.

Sejuk, tentram, teduh rasanya ketika mendengar dan menyaksikan langsung bagaimana teman saya 'mengobral kata-kata cinta' dalam obrolan, celetukan, komunikasi sehari-harinya. Mereka keluarga muslim muda yang tampak harmonis kehidupan rumah tangganya. Saya tergelitik ingin tahu resep harmonis rumah tangganya dan ketika saya perhatikan ternyata hal-hal yang nampak 'sepele' seperti yang telah saya uraikan di atas adalah salah satu kuncinya. Saling memanggil dengan panggilan sayang, saling memandang istri atau suami dengan mata berbinar-binar dan penuh cinta, aaahh... indahnya. Bukankah Islam memang mengajarkan demikian?

Sebenarnya bukan hal baru mengekspresikan bahasa verbal dan bahasa tubuh dengan ungkapan dan tingkah laku kasih sayang karena Rasulullah saw sendiri telah mencontohkan dengan indahnya kala ia memanggil Aisyah r.a dengan "Humaira" (Yang mukanya kemerah-merahan-- red) kala beliau mengajak bercanda Aisyah, kala beliau bermain-main dengan cucunya Hasan dan Husain, dan lain-lain. Namun, pada kenyataannya, apakah ini telah membudaya di kalangan keluarga-keluarga muslim? Sehingga ekspresi verbal dan bahasa tubuh yang penuh sayang dan cinta menjadi kebiasaan yang keluar secara spontan.

Mungkin masih banyak di antara kita (keluarga muslim) yang merasa kaku, jengah, aneh ketika 'mengobral cinta' pada istri, suami atau anaknya. Atau bahkan ada yang merasa tak perlu samasekali dengan alasan "ah, sudah tak muda lagi" atau " ah, nikahnya sudah lama, bukan pengantin baru lagi " atau " ah, saya bukan pujangga, kaku lidah saya jika harus berpuitis ria".

Akhirnya mungkin pernikahan pun terasa berjalan lambat, hambar dan biasa-biasa saja. Rutinitas keseharian yang dilakukan terasa membosankan padahal jika saja mencoba menerapkan 'obral cinta' sedikit demi sedikit dan perlahan insya Allah tak perlu keluar biaya mahal demi untuk menciptakan suasana harmonis dalam rumah tangga kita.

Realita yang terjadi malah sebaliknya. Kaum muda mudi yang berpacaran (sebelum nikah) yang justru banyak 'mengobral cinta'. Matanya, telinganya, kata dan tingkah polahnya, semua mengumbar cinta. Mereka ciptakan nuansa-nuansa syahdu, berasyik masyuk serasa dunia hanya milik berdua, ada canda dalam setiap perjumpaan, ada sms cinta, ada chatting cinta, padahal belum lagi menikah.

Bukankah seharusnya saya yang telah menikah yang lebih banyak mempraktekkan gaya 'mengumbar cinta' anak muda masa kini dalam pernikahan yang saya jalani? Karena pernikahanlah yang menghalalkan hubungan lawan jenis, lelaki dan perempuan. Jika sebelum menikah diperintahkan menjaga pandangan, menjaga pendengaran, menjaga kata-kata, menjaga nafsu syahwat terhadap lawan jenis maka setelah menikah semua menjadi boleh untuk istri atau suami kita. Bahkan perlu karena istri atau suami adalah orang terdekat yang paling berhak mendapatkan tumpahan kasih sayang dari kita sebagai orang yang telah Allah takdirkan menjadi pendampingnya.

Tentu saja mempraktekkannya perlahan karena mungkin sebagian kita belum terbiasa, bahkan mungkin ada yang masih harus 'belajar' namun tak ada salahnya (insyaallah tak ada salahnya karena Rasulullah yang mulia pun mencontohkannya) dicoba dan dibiasakan. Mudah-mudahan suatu hari nanti menjadi budaya dalam keluarga kita dan syukur-syukur jika bisa membudaya juga dikalangan teman, tetangga atau masyarakat kita.

Yuk, 'obral cinta' untuk suami, istri dan anak-anak kita...Semoga Allah ridha dengan kasih sayang kita luahkan pada anak, istri atau suami kita, amin

Al'afwu minkum wastaghfirullahal'adziim

Menjadi Seorang Sahabat

Ada satu perbedaan antara menjadi seorang kenalan dan menjadi seorang sahabat.

Pertama, seorang kenalan adalah seorang yang namanya kau ketahui, yang kau lihat berkali-kali, yang dengannya mungkin kau miliki persamaan, dan yang disekitarnya kau merasa nyaman. Ia adalah orang yang dapat kau undang ke rumahmu dan dengannya kau berbagi.
Namun mereka adalah orang yang dengannya tidak akan kau bagi hidupmu, yang tindakan-tindakannya kadang-kadang tidak kau mengerti karena kau tidak cukup tahu tentang mereka.

Sebaliknya, seorang sahabat adalah seseorang yang kau cintai.. Bukan karena kau jatuh cinta padanya, namun kau peduli akan orang itu, dan kau memikirkannya ketika mereka tidak ada. Sahabat-sahabat adalah orang dimana kau diingatkan ketika kau melihat sesuatu yang mungkin mereka sukai, dan kau tahu itu karena kau mengenal mereka dengan baik. Mereka adalah orang-orang yang fotonya kau miliki dan wajahnya selalu ada di kepalamu. Mereka adalah orang-orang yang kau lihat dalam pikiran mu ketika kau mendengar sebuah lagu di radio karena mereka membuat dirimu berdiri untuk menghampiri mereka dan mengajak berdansa dengan mereka atau mungkin kau yang berdansa dengan mereka, mungkin mereka menginjak jari kakimu, atau sekedar menempatkan kepala mereka di pundakmu.

Mereka adalah orang-orang yang diantaranya kau merasa aman karena kau tahu mereka peduli terhadapmu. Mereka menelpon hanya untuk mengetahui apa kabarmu, karena sahabat sesungguhnya tidak butuh suatu alasanpun. Mereka berkata jujur-pertama kali - dan kau melakukan hal yang sama. Kau tahu bahwa jika kau memiliki masalah, mereka akan bersedia mendengar. Mereka adalah orang-orang yang tidak akan menertawakanmu atau menyakitimu, dan jika mereka benar-benar menyakitimu, dan jika mereka benar-benar menyakitimu, mereka akan berusaha keras untuk memperbaikinya.

Mereka adalah orang-orang yang kau cintai dengan sadar ataupun tidak. Mereka adalah orang-orang dengan siapa kau menagis ketika kau tidak diterima di perguruan tinggi dan selama lagu terakhir di pesta perpisahan kelas dan saat wisuda. Mereka adalah orang-orang yang pada saat kau peluk, kau tak akan berpikir berapa lama memeluk dan siapa yang harus lebih dahulu mengakhiri.

Mungkin mereka adalah orang yang memegang cincin pernikahanmu, atau orang yang mengantarkan / mengiringmu pada saat pernikahanmu, atau mungkin adalah orang yang kau nikahi.

test

assalamu'alaykum,
afwan, ini test saja..
wassalamu'alaykum