Monday, May 30, 2011

Ketika kita menunggu

Hore! Hari baru teman2, selamat pagi yang penuh semangat

Teruntuk anda2 yang sedang menunggu, atau tidak sadar bahwa sebenarnya hatinya sedang menunggu....

Terkadang ketika kita sedang menunggu, (menunggu untuk dipromosikan, menunggu untuk naik jabatan, menunggu untuk naik gaji, menunggu Tuhan berikan jodoh, menunggu pacar melamar :), dll) , kita tidak melakukan yang seharusnya dilakukan (belajar teknik yang baru yg menunjang keahlian kita, mengasah non teknis kita, bekerja lebih baik, memperbaiki penampilan, mengasah hati, dll) agar 'bejana/pot' kita bisa menampung hal yang kita tunggu itu. Yang akhirnya apa yg kita tunggu-tunggu tak kunjung datang bukan?

Lamanya sebuah hubungan, lama bekerja, banyaknya pekerjaan tidak semata-mata faktor tunggal sebuah bejana/pot itu berhak mendapatkan aliran air yang lebih banyak, bisa jadi diperlukan juga kualitas kerja, layanan terbaik, kesabaran, dll.

Kata orang sekarang bukan jamannya kerja keras, karena waktu yang bengis menuntut kita semua untuk bekerja secara cerdas.

Kita semuanya sedang menunggu...

Tapi kebaikan selalu menyukai orang yang menyibukkan dirinya dengan hal2 yang baik saat dia menunggu.

Kita sering dikagetkan oleh perubahan, karena dalam keseharian kita tidak ada yang berubah, tapi tiba2 semuanya menjadi lain.

Jangan hanya 'doing more but not doing better',
Lakukanlah yang lebih banyak dan lebih baik.

Dan ketika saatnya tiba, yang anda tunggu datang, anda akan merasakan bahwa sabar itu buahnya manis.

Berbagi Semangat!
Compile on 3052011
Media Introspeksi Diri

Friday, May 27, 2011

Menjaga Perasaan Tidak Kecewa Karena Orang Lain

Hore, Hari Baru! Selamat sore teman-teman.

Apakah Anda pernah merasa dikecewakan oleh orang lain? Pasti tidak enak ya, apalagi jika yang mengecewakan itu adalah orang yang kita percayai. Orang yang dikira baik ternyata dibelakang tidak seperti yang kita kira. Pertanyaannya sekarang adalah; apakah kita benar-benar ‘dikecewakan’ ataukah kita hanya ‘merasa’ dikecewakan oleh orang itu? Jangan-jangan sebenarnya mereka tidak mengecewakan kita, tetapi kitalah yang merespon apa yang mereka lakukan itu sebagai suatu kekecewaan, lho.

Jika Anda pernah kecewa, tentu Anda tahu betapa melelahkannya perasaan itu. Kebahagiaan kita terrenggut, waktu tidur kita berkurang, air mata kita terkuras. Perasaan hati kita juga menjadi gundah dan gelisah. Maka dari itu, jangan terlalu lama membiarkan kekecewaan menguasai diri kita. Untuk itu, saya ingin mengajak Anda untuk sama-sama menyimak 5 hal yang bisa membantu memerdekakan jiwa kita dari kekecewaan. Berikut ini uraiannya.

1. Mengakui bahwa diri kita tidak sempurna. Apabila orang lain berkomentar negatif tentang diri Anda, atau menggunjingkan kekurangan-kekurangan diri Anda, maka Anda tidak perlu kecewa. Terima saja, meskipun belum tentu yang mereka gunjingkan itu benar. Bersyukurlah jika ada orang yang bersedia menunjukkan ketidaksempurnaan Anda. Jika mereka salah, maka itu akan menjadi tambahan pahala bagi Anda. Tapi jika mereka benar, maka itu merupakan proses penyadaran untuk memperbaiki ketidaksempurnaan yang ada pada diri Anda. Semoga dengan begitu kita bisa terus memperbaiki diri. Meski tidak mudah, Insya Allah ada jalan untuk perbaikan selama kita berusaha.

2. Menyadari bahwa orang lain juga tidak sempurna. Rasa kecewa sering kali disebabkan oleh penilaian yang terlalu tinggi kepada seseorang. “Kalau orang lain yang melakukannya aku masih bisa ngerti. Tapi, kok bisa-bisanya sih dia melakukan itu?” Begitu kan kita sering berkata saat kecewa? Siapapun dia hanyalah manusia biasa yang bisa berbuat salah atau dosa. Jika kita tidak sempurna, dia juga sama. Jadi sudah, relakan saja. Dia hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna. Wajar jika dia melakukan sesuatu yang mengecewakan. Tidak usah diperpanjang karena kita sudah tahu betapa tidak sempurnanya dia.

3. Menerima kenyataan bahwa lidah tidak selalu sejalan dengan hati. Banyak orang yang kecewa kepada orang lain karena dia mengira bahwa apa yang dikatakan orang itu pastinya sama dengan apa yang ada dalam hatinya. Padahal, tidak semua orang mengucapkan kata-kata yang sejalan dengan isi hatinya. Jika Anda sudah menyadari hal itu, maka Anda tidak akan terlalu kecewa saat mendapati perilaku seseorang yang bertolak belakang dengan ucapannya. Anda juga tidak akan terlalu kecewa kalau ada yang memuji Anda didepan, tetapi menjelek-jelekkan Anda dibelakang. Jika ada yang menjanjikan sesuatu kepada Anda tapi tidak kunjung diwujudkan; Anda juga tidak akan kecewa. Mengapa? Karena Anda sudah tahu bahwa lidah tidak selalu sejalan dengan hati. Jadi, tidak perlu heran. Enjoy aja….

4. Ingatlah bahwa Anda adalah pengendali diri Anda sendiri. Jika orang lain berusaha mengecewakan Anda, tetapi Anda sendiri tidak merasa kecewa; kira-kira dia berhasil membuat Anda kecewa atau tidak? Jelas sekali ya, bahwa yang menentukan apakah kita kecewa atau tidak itu bukan perlakuan orang lain kepada kita. Melainkan sikap yang kita ambil sendiri. Jika ada orang yang berusaha mengecewakan kita, biarkan saja. Sebab selama kita memilih tidak kecewa, maka kita akan baik-baik saja. Bersyukurlah karena Tuhan telah memberi kita kekuatan untuk mengambil kendali kepada diri kita sendiri. Selama Anda memegang kendali itu, tidak seorang pun bisa menjatuhkan jiwa Anda.

5. Meyakini bahwa segala sesuatunya tertera dalam catatan Tuhan. Selama Anda masih punya keyakinan kepada Tuhan, percaya deh semuanya akan baik-baik saja. Perkataan orang yang menjatuhkan Anda. Perbuatan orang yang merugikan Anda. Fitnahan, gunjingan, dan berita yang mengada-ada tercatat lengkap dalam buku yang dipegang terus oleh malaikat di kiri dan kanan. Kita tidak perlu ambil pusing soal semua itu, apalagi harus membalas dendam. Percayalah, bahwa "Gusti Allah mboten sare". Tuhan tidak pernah lengah.

Sudahlah, tidak usah kecewa lagi. Sayang energy kita terbuang percuma. Mendingan berserah diri saja kepada yang Maha Kuasa dengan keikhlasan dalam menerimanya. Siapa tahu dengan begitu kita semakin disayang oleh Tuhan.

Sharing ini hanyalah sebuah media untuk meng-intropeksi ke dalam diri kita sendiri. Jika disekeliling anda banyak orang yang sering berbuat sesuatu mengecewakan anda, negatif, dkk, hindarilah, lebih baik bergaul dengan orang yang membawa energy positif, sehingga anda tertulari dengan hal yang positif juga.

Ibarat pepatah, "bergaul dengan minyak wangi ikut harum, bergaul dengan pande besi, ikut kena bakarannya", kita tidak bisa memaksakan orang untuk bergaul dengan siapa.

Lebih baik bergaul dengan segelintir orang namun penuh dengan energy positif, kebahagiaan, sukses, semangat berkerja, daripada bergaul dengan banyak orang yang negatif, akhirnya bikin dosa massal.


Mari Berbagi Semangat!

Compile from inet

Wednesday, May 25, 2011

Menjaga Agar Antusiasme Kerja Tetap Membara

Hore, Hari Baru! Teman-teman.

Setiap orang yang mendapatkan pekerjaan pada awalnya sangat senang dengan pekerjaan itu. Melompat kegirangan, menelpon Mama-Papa, dan menggunakan gaji pertama untuk mentrakti orang-orang tercinta. Antusiasme telah memenuhi sekujur tubuhnya. Jika Anda mengingat kembali, betapa dahulu ketika pertama kali mendapatkan pekerjaan; tentu Anda masih memiliki antusiasme yang tinggi juga. Ngomong-ngomong, masih adakah antusiame itu hingga sekarang?

Begitu banyak hal yang dapat dengan mudahnya memadamkan antusiasme kerja seseorang. Untuk sekedar membicarakannya setelah menjalani masa kerja beberapa tahun rasanya kok tidak lucu lagi. Tetapi, jika bara antusiasme kerja Anda tidak dibangkitkan lagi, maka lama kelamaan akan padam seperti bara api yang tidak dirawat. Jika Anda tertarik untuk menyalakannya kembali, saya hadiahkan 5 catatan sebagai bekal dalam melakukannya.

1. Persoalan didalam diri Anda, bukan faktor dari luar. Perhatikan bahwa kondisi kantor yang membuat Anda kehilangan antusiasme itu berlaku juga kepada orang lain. Boss yang penuntut, system yang belum terbentuk, kenaikan target yang ugal-ugalan. Dalam kondisi yang berlaku umum seperti itu kok masih saja ada orang-orang yang tetap antusias ya? Jika Anda kehilangan antusiasme, maka sebentar lagi juga Anda akan tergilas oleh semangat orang lain yang tetap antusias. Jadi, ternyata bukan soal lingkungan. Antusiasme itu adalah soal didalam diri Anda sendiri.

2. Raga Anda butuh Oksigen, begitu pula Jiwa Anda. Antusiasme itu bagaikan oksigen yang menghidupi seluruh sel didalam sekujur tubuh Anda. Jika tubuh Anda kekurangan oksigen, maka proses metabolisme penghasil energy tidak bisa berjalan semestinya; dan tubuh Anda pun menjadi lemah. Tanpa antusiasme, jiwa Anda tidak memiliki cukup energy untuk melakukan tindakan apapun. Lihatlah orang yang tidak antusias, mereka terlihat malas, bukan? Beri jiwa Anda antusiasme yang terus menerus menggelora, maka Anda akan selalu memiliki tenaga melimpah ruah untuk melakukan apa saja dalam hidup Anda.

3. Mintalah penugasan-penugasan baru. Coba perhatikan bayi-bayi mungil disekitar Anda. Berikanlah kepada mereka hal-hal baru, atau mainan-mainan baru; maka mata mereka langsung berbinar dan tangan mereka langsung menggapai-gapai. Beberapa puluh tahun yang lalu, Anda juga lucu dan antusias seperti itu. Jika sekarang Anda membutuhkan sesuatu yang bisa mengobarkan kembali antusiasme Anda, maka mintalah penugasan baru kepada atasan Anda. Sesuatu yang benar-benar menantang dan memompa adrenalin Anda. Maka Anda akan menemukan semangat para bayi didalam diri Anda. Hanya saja, Anda harus ingat bahwa tugas-tugas baru tidak selalu berarti jabatan baru. Tidak selalu tersedia jabatan baru, tapi akan selalu ada tugas-tugas baru yang menanti Anda secara proaktif merangkulnya.

4. Antusiasme itu memancarkan energy positif. Interaksi dengan orang lain melibatkan energy yang tidak kelihatan secara fisik atau sering disebut sebagai aura. Anda tidak perlu memiliki kesaktian untuk mengetahui apakah seseorang yang Anda temui itu mempunyai aura positif atau tidak. Anda bisa merasakannya tanpa berkata-kata. Kepada orang yang auranya positif, Anda pasti suka. Demikian pula halnya orang lain yang pasti akan suka kepada Anda yang mampu memancarkan aura positif. Sungguh, tak seorang pun tahu persis bagaimana ‘membuat’ energy positif. Namun kita tahu bahwa antusiasme memancarkan energy positif itu. Jadi, antusiaslah. Dengan sendirinya Anda memiliki energy positif yang melimpah. Dan Anda pun seperti baru terlahir kembali.

5. Turbin Antusiasme berada didalam iman. Seseorang yang beriman kepada Tuhan tentu yakin bahwa setiap detik dalam hidupnya dinilai oleh Tuhan untuk ditukar dengan imbalan yang tak ternilai harganya. Itulah sebabnya, mengapa orang-orang yang beriman dengan benar tidak pernah membiarkan hidupnya tersia-siakan. Orang yang antusiasmenya rendah sering membiarkan waktu berlalu begitu saja. Sedikit berbuat dan enggan bertindak. Sedangkan orang yang memiliki antusiasme tinggi terus memacu dirinya untuk terus berkontribusi kepada hidup. Karena dia percaya, bahwa tujuan dari setiap tindakannya di rumah, di kantor, dimana saja adalah untuk Tuhannya. Maka hidupkanlah iman. Karena iman akan menekan tombol ‘ON’ pada generator pembangkit antusiasme yang memberi energy, dan menerangi jalan hidup Anda.

Tidak ada orang antusias yang malas. Tidak ada orang antusias yang lemas. Tidak ada orang antusias yang membiarkan hidupnya terombang-ambing oleh faktor luar dan lingkungan yang melemahkannya. Orang-orang antusias adalah mereka yang bersedia mengambil tanggungjawab pribadi. Mencurahkan seluruh energy untuk menuntaskan tugas-tugasnya. Dan memastikan bahwa hasil karyanya berkualitas tinggi, dan berkelas. Begitulah sifat orang-orang antusias.

Mari Berbagi Semangat!
Compile from Inet
Media Introspeksi Diri

Thursday, May 12, 2011

Meningkatkan Produktivitas Kerja Anda

Hore, Hari Baru! Teman-teman.

Salah satu faktor penentu utama kelangsungan hidup sebuah perusahaan adalah produktivitas kerja para karyawannya. Akhir-akhir ini ditengarai jika produktivitas kerja karyawan pada umumnya semakin hari semakin menurun, bukannya semakin meningkat. Alasannya macam-macam; jalanan yang semakin macet, sering pusing atau sakit perut, pelanggan semakin sulit dipuaskan dan lain sebagainya. Masalahnya, perusahaan tidak bisa hidup dengan alasan-alasan itu, melainkan dari produktivitas kerja karyawannya.

Sayangnya, banyak karyawan yang menganggap frase produktivitas itu sebagai jargon perusahaan untuk memeras keringat mereka. Padahal, produktif atau tidaknya seorang karyawan sangat menentukan layak tidaknya dia untuk terus diberi kesempatan kerja. Perusahaan bisa mencari karyawan lain yang mau bekerja secara produktif. Sedangkan orang yang biasa tidak produktif, pasti sulit mendapatkan pekerjaan baru yang langgeng. Oleh sebab itu saya mengajak Anda untuk terus menerus meningkatkan produktivitas kerja Anda di kantor. Sebagai modalnya, saya uraikan 5 tindakan berikut ini.


1. Mengoptimalkan waktu selama jam kerja Anda. Silakan cermati bagaimana Anda memanfaatkan waktu selama jam kerja. Apakah Anda ‘beristirahat’ makan siang lebih lama dari seharusnya. Atau ‘ngopi’ sambil merumpi di kantin bersama teman-teman. Atau berlama-lama di halaman facebook dan situs-situs yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Jam kerja adalah waktu untuk bekerja. Maka tidak seharusnya Anda melakukan aktivitas yang tidak sejalan dengan pekerjaan selama jam kerja.


2. Memastikan efektivitas kerja Anda. Mengerjakan tugas-tugas secara efektif berarti melakukannya dengan zero defect, alias tanpa cacat. Di pabrik, produk cacat akan ditolak, dibuang, atau didaur ulang. Di kantor, pekerjaan cacat ditandai dengan banyaknya kesalahan sehingga harus diulang lagi, atau delay sehingga menghambat kinerja orang lain, atau ‘asal jadi’ sehingga tidak bisa digunakan untuk mendukung penyelesaian pekerjaan lainnya. Pastikan efektivitas kerja Anda tinggi sehingga Anda bisa menjadi bagian dari proses bisnis dengan produktivitas tinggi.


3. Mengoptimalkan ‘kapasitas terpasang’ pribadi Anda. Banyak pabrik yang memiliki kapasitas produksi tinggi tetapi secara aktual hanya menghasilkan produk dalam jumlah yang sangat sedikit. Begitu pula dengan manusia. Betapa besarnya kapasitas pribadi yang Anda miliki. Seandainya Anda terus menerus berusaha mengoptimalkan penggunaan ‘kapasitas terpasang’ dalam diri Anda itu, maka pastilah semakin hari produktivitas Anda semakin meningkat juga. Mengapa? Karena kapasitas diri Anda itu nyaris tidak ada batasnya.

4. Ingatlah bahwa kinerja Anda menentukan reputasi Anda. Anda pasti ingin mempunyai reputasi yang baik. Di kantor, ukuran reputasi itu dikaitkan dengan produktivitas kerja. Jika produktivitas kerja Anda tinggi, maka reputasi Anda baik. Tetapi, jika produktivitas Anda buruk, maka boleh jadi nama Anda tertera dalam daftar orang-orang yang tidak layak untuk terus dipekerjakan. Dengan mengingat hal ini, semoga Anda lebih terdorong untuk menunjukkan bahwa Anda adalah orang yang memiliki reputasi baik, melalui kinerja produktif Anda.

5. Ingatlah bahwa pekerjaan Anda adalah amanah. Alasan terpenting Anda bekerja adalah karena perusahaan berkomitmen untuk menggaji Anda. Ketika Anda menerima uang itu, maka Anda berutang komitmen yang sama kepada perusahaan yang hanya bisa dibayar dengan produktivitas kerja Anda. Jangan meniru orang-orang yang hanya nebeng penghidupan dari kantornya karena setiap rupiah yang kita terima dari perjanjian kerja yang sudah kita sepakati adalah amanah yang harus kita lunasi. Jika di dunia Anda tidak bisa melunasi amanah itu, boleh jadi diakhirat Anda dipaksa untuk mengembalikannya. So, start now to fulfill your amanah.


Meningkatkan produktivitas bukanlah soal memberi lebih banyak kepada perusahaan, melainkan tentang mengaktualisasikan lebih banyak kemampuan tersembunyi yang sudah kita miliki sejak lahir. Ini soal pertanggungjawaban kepada diri sendiri, dan Dzat yang telah menciptakannya.

Mari Berbagi Semangat!

Compile From Inet
Media Intropeksi Diri

Catatan Kaki:
Orang-orang yang sangat produktif itu sulit disisihkan, karena perusahaan benar-benar memerlukan mereka. Kalaupun mereka disia-siakan, masih banyak perusahaan lain yang membutuhkan.